Harga Tiket BLACKPINK Gila-Gilaan? Konser Sekarang Jadi Tes Kelas Sosial?
Konser BLACKPINK: Hiburan Mewah atau Realita Baru Kelas Sosial?
"Ketika war tiket lebih mirip tes kelayakan sosial daripada antusiasme fans."
🔥 “Gue Fans, Tapi Gak Mampu” — Kalimat yang Gak Pantas Tapi Sering Terucap
Rp3.800.000.
Itu bukan harga cicilan motor. Bukan juga biaya semesteran di kampus swasta tier dua.
Itu… harga berdiri nonton BLACKPINK dua jam, di area yang bahkan kadang gak keliatan jelas.
Tapi kita gak boleh ngeluh. Karena itu “pengalaman seumur hidup”, katanya.
Masalahnya, buat sebagian dari kita, pengalaman itu gak akan pernah bisa dibeli—bahkan dengan nyicil.
🎫 Tiket Bukan Sekadar Kertas—Dia Seleksi Alam Sosial
Dulu, fans itu dilihat dari seberapa sering lo nyanyi lagu idola.
Sekarang? Fans yang dianggap “real” adalah yang bisa:
-
War tiket jam 10 pagi kerja sambil buka 3 device.
-
Punya kartu debit/paylater yang saldo-nya gak nyangkut.
-
Bayar tanpa mikir harus makan Indomie seminggu.
Suka gak suka, konser gede kayak gini bukan cuma soal musik.
Dia juga jadi refleksi: Lo ada di kasta berapa dalam sistem hari ini?
💸 Konser Adalah Festival Emosi—Tapi Cuma Buat yang Mampu Bayar
Masalahnya bukan harga. Tapi apa yang harga itu wakili.
"Bukan gue gak mau nonton… Tapi harga segitu, gue bisa bayar listrik sebulan, bantu bokap, atau lunasin BPJS."
Kita semua cinta musik. Tapi realitanya, yang bisa nonton konser itu kadang bukan yang paling cinta, tapi yang paling mampu.
Dan itu pahit—karena fandom seharusnya jadi tempat inklusif, bukan eksklusif.
📱 Apa Bener Konser Sekarang Cuma Buat 'Postingan Estetik'?
"Lo mau nonton konser, atau cuma pengen story di IG sambil tulis 'finally!'?"
Pertanyaan ini mungkin kejam, tapi penting.
Karena sekarang, kadang konser gak lagi soal kenangan, tapi soal branding diri.
"Gue udah nonton BLACKPINK, lo udah?"
Itu kalimat yang gak ditulis, tapi terasa dari caption yang dipoles.
Konser berubah jadi simbol: lo update atau tertinggal.
Dan itu tekanan psikologis yang gak semua orang sanggup tahan.
😮💨 Ironi Fandom Modern: Fans Paling Tulus, Justru Paling Tersingkir
Lo tahu siapa yang paling semangat?
Anak-anak sekolah yang nyanyiin lagu BLACKPINK tiap hari.
Barista yang muterin 'How You Like That' biar gak ngantuk.
Anak kost yang nonton fancam Lisa tiap malam sambil numpang WiFi tetangga.
Tapi…
Mereka juga yang paling sering gagal war tiket.
Paling sering cuma bisa “semoga ada livestream gratis”.
Dan paling sering ngerasa, “apa gue fans beneran kalau gak bisa nonton langsung?”
🧠 Bukan Salah BLACKPINK, Tapi Kita Juga Gak Salah
Ini bukan salah idola.
Mereka tampil luar biasa, kerja keras, dan layak dapet panggung besar.
Tapi sistem penjualan, harga, dan distribusinya kadang bikin banyak fans merasa gagal jadi fans.
“Lo harus kerja lebih keras biar bisa nonton mereka.”
Kata siapa?
Kenapa fandom harus jadi perlombaan sosial, bukan pelarian emosional?
💥 CTA - Gimana Menurut Lo?
📣 Lo pernah ngerasa “gak pantas” jadi fans cuma karena gak bisa afford konser?
📣 Atau malah lo udah nonton dan justru ngerasa konsernya gak se-worth itu?
Tulis di komen. Karena jujur, suara lo sebagai fans itu valid.
Dan kita semua mungkin perlu tanya:
"Jangan-jangan, konser zaman sekarang bukan lagi soal musik, tapi ajang seleksi sosial yang dibungkus lighting dan sound system mewah?"
Comments
Post a Comment