War Tiket G‑Dragon Jakarta 2025 Habis 2 Jam

⏬ Auto Scroll

War Tiket G‑Dragon Ludes Dalam 2 Jam: Fans Kalah, Calo Menang, Tapi Siapa yang Sebenernya Salah?

War Tiket G‑Dragon Jakarta 2025: Habis Dalam 2 Jam, Netizen Murka! Calo Disindir & Fans Siapkan Dua Device



Dua jam.

Hanya dua jam.
War tiket konser G‑Dragon resmi dinyatakan habis.
Dan seperti biasa, yang menang bukan selalu fans sejati, tapi mereka yang lebih siap secara teknis—entah itu calo, reseller, atau fans yang rela begadang sambil nyewa 3 device sekaligus.

Lalu dunia pun terbelah:
Sebagian marah, sebagian pasrah, sebagian malah cuan.

Tapi...
Apakah benar yang salah cuma calo?


🔍 Kita Bedah 4 Pihak Dalam Ekosistem Konser:

1. 👥 Fans: Ngerasa Paling Pantas, Tapi Gak Mau Siap Lebih Dulu

Banyak fans G‑Dragon mengaku udah ngikutin dia sejak era Heartbreaker 2009, bahkan sebelum BIGBANG meledak global. Tapi begitu tiket konser dibuka?

  • Banyak yang gak masuk fanclub resmi

  • Gak ikutan presale

  • Gak ngerti cara whitelist loyalty

  • Gak rela beli lewat link resmi karena “kemahalan”

Akhirnya?

“Gue korban sistem! Calo jahat!”

Padahal, sistem fanbase loyalitas udah jadi standar di dunia K‑Pop. Kalau fans gak ikut sistemnya, ya jangan heran tiketnya “pindah tangan” ke yang lebih siap.


2. 🧍‍♂️ Promotor: Cuma Mau Aman, Gak Mau Ribet

Promotor konser G‑Dragon jelas pengen satu hal:
Venue penuh.
Tapi cara mereka kadang bikin bingung:

  • Tiket dibagi dulu ke sponsor

  • Fanclub internasional gak dapet jatah prioritas

  • Sistem presale terbatas

  • Gak transparan soal teknis war

Dan ketika calo dapet ratusan tiket?
Promotor diem. Karena yang penting, laku.

“Kalau kursi kosong, kita rugi dong?”

Maka calo jadi Plan B mereka—meskipun gak pernah diakui.


3. 💻 Calo: Dibenci Tapi Paling Siap Perang

Calo gak mikir pakai emosi. Mereka mikir kayak startup:

  • 10 browser, 5 device

  • Script auto-click

  • Bot antisleep

  • VPN global

  • Kalkulasi margin berdasarkan demografi fans

Mereka tahu G‑Dragon punya fanbase besar tapi sistem distribusi tiketnya longgar. Maka mereka masuk, beli duluan, dan jual dengan markup.

Ironisnya?
Banyak fans tetap beli ke calo, karena mereka juga takut ketinggalan.


4. 🎤 Artis & Timnya: Raja Tanpa Filter Loyalitas

G‑Dragon, se-powerful apapun dia, tetap perlu promotor lokal.
Tapi bukan berarti dia gak bisa kontrol siapa yang duduk di barisan depan.

Beberapa artis dunia udah mulai bikin:

  • Aplikasi loyalitas fan (point-based)

  • Tiket untuk top 100 listener Spotify

  • Pre-order untuk pembeli album fisik

  • Whitelist untuk member official fanclub

G‑Dragon? Masih belum jelas arahnya ke situ. Tapi dengan kejadian ini, mungkin saatnya artis dan timnya ambil sikap, dan bilang ke promotor:

“Gue mau fans gue yang dapet duluan. Bukan bot, bukan reseller.”


🤔 Mungkin... Kita Memang Butuh Semua: Bahkan Calo

Sakit sih liat calo jual tiket 2x lipat harga.
Tapi yuk jujur:

  • Kalau fans gak sebanyak yang teriak di Twitter,

  • Kalau presale sepi,

  • Kalau war adem,

Mungkin calo itu...
penyelamat ekonomi konser.

Sisi gelap yang dibutuhkan supaya sistem tetap berjalan.
Bukannya dibenarkan, tapi juga gak bisa 100% disalahkan.


🎯 Kesimpulan: Konser Itu Cermin, Bukan Cuma Hiburan

Kalau lo gagal dapet tiket G‑Dragon, mungkin ini saatnya refleksi:

  • Udah masuk fanclub belum?

  • Udah tau sistem presale?

  • Udah siapin budget dan strategi?

Karena konser di era sekarang bukan cuma soal suka,
tapi juga soal siapa yang siap lebih dulu.


📣 Opini Kamu Gimana?

  • Lo tim fans yang kecewa?

  • Tim promotor yang cuma pengen laku?

  • Tim calo yang realistis?

  • Atau tim artis yang mulai harus turun tangan?

Tulis di kolom komentar.
Dan jangan lupa: konser G‑Dragon ini bukan akhir, tapi alarm keras.
Kalau lo mau kursi depan, lo harus berjuang lebih dari sekadar nge-tweet.


 #GDragon #WarTiket #NoCalo #UbermenschJakarta

Comments

New Post

Mikky Oscarino blog

Show more